Untuk memulai menjadi penulis, bisa dicoba juga untuk mencintai kebiasaan meneliti. Jangan dibayangkan bahwa meneliti itu urusannya selalu berat. Nggak juga. Bahkan sebetulnya setiap hari bisa kita lakukan. Ketika menyimak berita di televisi, kamu bisa mengembangkannya. Misalnya ada berita tentang unjuk rasa mahasiswa di berbagai daerah menuntut penurunan harga-harga bahan pokok. Saat itu juga kamu langsung bertanya-tanya; mengapa mahasiswa menolak kenaikan harga-harga, apa untungnya bagi mereka, mengapa itu bisa terjadi, terus solusinya apa. Entah berapa pertanyaan lagi yang bisa muncul.
Biasanya, pertanyaan seperti itu hanya bisa muncul ketika kita memiliki rasa ingin tahu yang banyak sekali. Waktu kecil, biasanya anak-anak selalu bertanya. Kadang-kadang, menjawab pertanyaan mereka tak selalu mudah, lho. Ketika ia di bawa ke kebun binatang, semua nama jenis binatang ditanya kepada orangtuanya. Bahkan ada pertanyaan yang menggelitik, ‘kenapa beruangnya nggak bisa bicara?’ Maklum, ia membandingkan dengan film kartun Winnie the pooh yang pernah ditontonnya. Nah, rasa ingin tahu seperti itu perlu dipelihara. Jadi jangan sampe kita ‘mati’ dalam keadaan hidup, karena nggak peduli dengan kondisi yang ada. Seolah-olah kita bisa hidup tanpa informasi. Pada lingkungan seperti itu, kata Bang Eka Budianta, buku paling bagus sekalipun nggak akan ada gunanya. Nah lho.
Hobi meneliti, atau mungkin disederhanakan dengan istilah punya rasa penasaran, memang bisa dicoba sejak kecil. Menghitung jumlah pohon yang kita lalui dari rumah ke sekolah, menghitung jumlah perempatan jalan dalam perjalanan yang setiap hari kita lalui antara rumah dan tempat kerja, mengingat warna-warna cat dari pagar rumah teman kita, mengamati kebiasaan sehari-hari teman kita, termasuk makanan kesukaannya, warna favoritnya, hal yang tidak disukainya, bahkan bila perlu mencoba mengetahui jumlah pakaian yang dimilikinya tanpa harus membuka lemari pakaiannya; hanya dengan mengingat warnanya, dicatat dalam hati, dan dihitung diam-diam. Kalo dalam jangka waktu tertentu kamu sampe bisa dengan tepat mengetahui itu semua, kamu berpeluang besar jadi peneleti ulung, juga penulis hebat. Pelihara kebiasaanmu.
Sebab, menulis memang tidak saja mengasah keterampilan menggunakan kata-kata, tapi juga harus lihai dalam akurasi data. Supaya bobot tulisan kita jadi bermutu. Itu sebabnya, untuk menjadi penulis bagi mereka yang masih pemula, bisa dicoba resep ini. Mudah kok. Tentu asal kamu mau dan rajin mencobanya.
Bang Eka Budianta dalam bukunya Menggebrak Dunia Mengarang, menuliskan bahwa minat meneliti menentukan kedalaman dan luasnya jangkauan karangan kita. Ia memberi contoh, sebelum menulis Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa, Y.B. Mangunwijaya mendalami masyarakat Maluku dan pola hidup maritim di sana. Begitu juga novel Para Priyayi Umar Kayam, yang ditulis dengan mengadakan berbagai penelitian dan dukungan perguruan tinggi di Amerika Serikat. Saya pernah membaca dalam sebuah buku, bahwa Ernest Hemingway rela mengarungi lautan, berminggu-minggu hanya untuk mengetahui secara jelas kehidupan di tengah laut sebelum menulis sebuah novel berjudul The Old Man on The Sea.
Saya sendiri merasakan pentingnya meneliti, ketika sekolah di SMAKBo (Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor). Di situ saya dan juga teman-teman harus selalu merasa tertantang untuk menemukan jawaban dari setiap bahan yang diujicobakan di laboratorium. Entah di lab. Mikrobiologi, lab. Kimia Industri, lab. Kimia Fisika, lab. Kimia Analisis (gravimetri dan titrimetri). Menganalisis bahan secara kualitatif dan kuantitatif memang membutuhkan ketelitian dan kejelian. Bahkan logika pun turut membantu memecahkan masalah tersebut. Berbagai faktor bisa mempengaruhi hasil; dari bahan baku, cara kita kerja, sampe alat yang digunakan. Nah, kondisi seperti itulah yang membuat saya merasa tertantang untuk mencari jawabannya. Mungkin karena terbiasa seperti itu, ‘irama’ dan ‘rasa’ tersebut secara tidak langsung ikut membantu saya dalam menulis. Menulis apapun.
Wah, tertarik jadi penulis? Untuk sementara resep meneliti ini bisa segera dicoba. Atau kamu bisa lakukan resep sebelumnya di tulisan saya ini. Coba secara intensif, dan terus kembangkan. Jangan pernah merasa bosan. Gagal itu biasa, tapi terus berusaha, itu yang luar biasa. Sampai jumpa di tulisan berikutnya. [O. Solihin]
1 komentar:
Luar biasa, saya sedang belajar mengajak siswa menulis dan menganalisa setiap permasalahan yang ada di alam yang berhubungan dengan kompetensi yang saya ajarkan di blog pribadi masing-masing siswa.
Meskipun lambat tapi pasti saya melihat hasilnya. Terima kasih ilmunya.
Posting Komentar